Select Menu

Disciples Menulis

Opini

Artikel Tamu

Inspirasi

Perspektif

Nasihat

» » Menanti Langkah Besar Anas

Mokhamad Abdul Aziz*
*Sekretaris of Center for Democracy and Religious Studies (CDRS) Semarang, Penerima Beasiswa Monash Institute untuk IAIN Walisongo Semarang.
Di atas segalanya, saya ingin menyatakan barangkali ada yang berpikir bahwa ini adalah akhir dari segalanya. Barangkali ada yang meramalkan dan menyimpulkan ini adalah akhir dari segalanya. Hari ini, saya nyatakan ini baru permulaan. Hari ini saya nyatakan ini baru sebuah awal langkah-langkah besar. Hari ini saya nyatakan ini baru halaman pertama. Masih banyak halaman-halaman berikutnya yang akan kita buka dan baca bersama. Tentu untuk kebaikan kita bersama. Ini pembukaan buku halaman pertama. Saya yakin halaman-halaman berikutnya akan makin bermakna bagi kepentingan kita bersama.
Itulah petikan pidato Anas Urbaningrum dalam konferensi pers di Kantor DPP Partai Demokrat di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (23/2). Anas menyatakan berhenti sebagai Ketua Umum Partai Demokrat (PD), karena dia sudah punya status hukum sebagai tersangka, meskipun Anas yakin posisi tersangka itu lebih karena faktor non-hukum, tetapi Mantan aktivis HMI itu punya standar etik pribadi. Tentu saja jika dipahami lebih dalam, ini adalah bentuk perlawanan Anas kepada pihak-pihak yang memang menginginkan dirinya mundur dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat. Ia bahkan menyebut bahwa dirinya adalah “bayi yang sejak awal memang tidak diharapkan kelahirannya di Demokrat.
Rekayasa?
Anas Urbaningrum tetap kukuh mengaku tak terlibat dalam dugaan korupsi kasus Hambalang di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Anas yakin bahwa penetapan dirinya sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)lebih karena opini yang berdasarkan fitnah tanpa dasar dan kekuatan lain yang 'menekan' dan konspiratif. Tentu saja Anas ingin menegaskan bahwa dirinya hanya sebagai korban politik kekuasaan, yang memang menginginkan dirinya “pergi”.
Tentu kita masih ingat pengambilalihan tugas Ketua Umum Partai Demokrat  Anas Urbaningrum oleh Ketua Majelis Tinggi PD Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu. SBY ketika itu, mempersilahkan Anas untuk fokus dalam penyelesaian kasus hukumnya dengan KPK. Mulai dari situlah, opini akan ditetapkannya Anas sebagai tersangka sudah terlihat jelas. Bahkan, ikhwal itu terlihat semakin jelas, ketika para petinggi partai berlambang bintang mercy itu meyakini bahwa dalam minggu ketiga bulan Februari, Anas akan ditetapkan sebagai tersangka. Tentu saja publik juga ikut memperkirakan bahwa Anas memang sudah disiapkan statusnya sebagai tersangka.
Banyak pengamat politik yang juga mencium adanya perihal itu. Dugaan itu semakin nyata saat Surat perintah penyidikan (Sprindik) Anas bocor kepada publik. KPK sebagai lembaga yang berwenang dalam hal ini sontak menjadi perbincangan. Berbagai opini pun keluar dari para pengamat dan masyarakat. Ada yang menganggap KPK tidak bisa menjaga dokumen rahasia negara, KPK telah dintervensi oleh pihak tertentu dalam menangani kasus Anas, sehingga dengan sangaja ada pihak yang membocorkan Sprindik itu. Bahkan, lebih jauh ada anggapan bahwa ada perpecahan di tubuh KPK, karena memang ketika itu Sprindik yang bocor baru ditandatangani oleh tiga pimpinan KPK, sedangkan dua lainnya belum.
Halaman Selanjutnya
Berbagai fakta ganjil terkait penetapan Anas sebagai tersangka memang sangat jelas dapat dibaca oleh masyarakat luas. Terlepas dari status tersangka mantan anggota DPR tersebut, yang patut kita nantikan adalah ada langkah besar yang akan diambil Anas untuk masa depan politik dan demokrasi kita.
Dari pidato Anas pada konferensi pers kemarin, ada pernyataan yang memang membuat publik menantikan sesuatu. Pernyataan bahwa “ini baru permulaan” memang mengundang tanda tanya, sekaligus menepis anggapan bahwa karier politik Anas telah mati. Dengan nada tegas Anas mengulang inti dari pembicaraanya itu dengan redaksi yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan keyakinan Anas bahwa ia akan membuka “buku” yang halaman selanjutnya berisi sesuatu yang lebih besar daripada sekadar penetapan dirinya sebagai tersangka. Ini merupakan sebuah permulaan dari langkah-langkah besar Anas.
Semua pernyataan Anas pada siang itu langsung mengena pada sasaran. Tidak biasanya yang selalu santai ketika ditanyai perihal masalah hukum atau partainya. Kali ini, Anas berbicara dengan tegas dan seolah menantang secara terang-terangan pihak yang memang tidak suka dengan keberadaannya di PD. Dan pihak yang dimaksud mengarah kepada Ketua Majelis Tinggi yang juga Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Seperti yang beritakan, hubungan SBY dengan Anas Urbaningrum memang sejak awal dikabarkan tidak baik. Hal ini tentu saja berimbas pada kerjasama dan komunikasi di dalam Partai Demokrat semasa Anas masih menjabat Ketua Umum.
Posisinya sebagai ketua umum partai, tentu Anas juga sangat tahu dan paham bagaimana konstelasi yang ada dalam tubuh partai. Banyak pengamat politik yang memprediksi bahwa Anas akan membongkar kasus-kasus yang lebih besar. Bahkan, SBY-Boediono diperkirakan juga akan “dibantai” oleh Anas. Kasus Century yang selama ini tak lagi ada kabarnya barangkali akan “digiatkan” lagi. Sebab, SBY-Boediono disebut-sebut terlibat dalam kasus yang merugikan negera triliunan tersebut. Hal ini juga ditegaskan sahabat Anas, Erlangga.Ia akan membuat ruang untuk melakukan serangan ke pihak Istana melalui kasus BLBI. "Kita akan bergerak dan tangkap Boediono. Ini kan permainan saja," katanya kepada Wartawan.

Kini, Anas memang harus membongkar kekuasaan “firaun” yang telah melemparnya dari politik Indonesia. Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Akbar Tanjung, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Hanura Hary Tanoesoedibjo (HT), Ketua MK Mahfud MD, dan Mantan Wapres Jusuf Kalla secara langsung telah mendukung Anas. Banyaknya dukungan yang diberikan kepadanya, tentu akan menambah keyakinan Anas dalam merealisasikan janji langkah besarnya. Bahkan, dukungan semua loyalis di seluruh Indonesia semakin membuat mantan Ketua PB HMI itu bersemangat dalam membuka halaman buku sejarah masa depannya. Semoga Anas benar-benar memberikan sesuatu yang berharga untuk kemajuan bangsa dan negara kini menjadi lebih demokratis. Wallahu a’lam bi al-shawab.

Sumber: Koran Wawasan,26 Februari 2013

About Unknown

Penulis lepas, Direktur Eksekutif Monash Institute Semarang
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply