Select Menu

Disciples Menulis

Opini

Artikel Tamu

Inspirasi

Perspektif

Nasihat

» » Kembalikan Negeriku yang Ramah!


Oleh: Mokhamad Abdul Aziz*
*Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, Aktivis HMI Cabang Semarang.
Dalam buku The Condition of Man, Lewis Mumford pernah menulis, “Sekarang untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, tidak ada lagi tempat di muka bumi ini untuk berlindung bagi manusia yang tidak berdosa. Sesuatu yang lain telah ditunjukkan di muka mata kita yang nyalang: kebusukan peradaban kita sendiri”. Tulisan tersebut berangkat dari pengamatan Mumford tentang situasi kekeresan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Barat. Ia, sampai pada kesimpulan bahwa sangat sulit untuk mencari tempat berlindung yang aman.
Sepertinya, pengamatan Mumford itu juga cocok untuk menggambarkan Indonesia saat ini. Budaya kekerasan, anarkisme, brutalisme, premanisme, telah menggejala di Tanah Air belakangan ini. Ironisny, budaya kekerasan tersebut hampir ada di setiap daerah, dan bahkan setiap hari mengancam kehidupan masyarakat Indonesia. Tentu saja ini sangat berbahaya jika dibiarkan. Sebab, tak hanya mereka yang berkonflik yang merasakan akibatnya. Namun, semua rakyat Indonesia yang mengetahui hal itu dari media massa, tentu akan terkena imbasanya, minimal terpengaruh secara psikologinya. Bahkan, hal ini dikhawatirkan akan berdampak buruk pada anak-anak yang selalu cenderung meniru apa yang dilihat dan diketahuinya. Maka dalam hal ini, peran orang tua dalam melindungi dan menjaga buah hatinya dari pengaruh negatif sangat dibutuhkan.
Berbagai kekerasan terekspresikan dengan sangat merajalela, baik itu yang bersifat interpersonal maupun dalam konteks kehidupan bermasyarakat. Tak hanya dalam kehidupan sosial, kekerasan telah menjalar ke seluruh aspek kehidupan masyarakat, mulai dari politik, ekonomik, kultural (budaya), bersuku, maupun religius (agama).
Realitas yang terjadi saat ini memang sangat jauh dari idealitas dan cita-cita yang telah dirumuskan oleh fouding father kita. Maka, tepat pula jika pandangan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang ramah, suka senyum, penuh tenggang rasa, menjunjung tinggi nilai toleransi saat ini dipertanyakan. Memang pandangan ini tidak berlaku bagi seluruh masyarakat kita, karena mungkin masih ada di suatu tempat yang menjunjung tinggi toleransi dan kerukunan antarmanusia. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah di manakah tempat yang masih aman untuk berlindung itu? Semoga tidak hanya ada di negeri utopis saja.

Oleh sebab itu, harus ada langkah nyata dari seluruh elemen masyarakat untuk ikut serta dalam mengembalikan Indonesia yang ramah dan toleran. Di mulai dari pemerintah, baik pusat maupun daerah, sampai pada pemimpin-pemimpin adat, suku, kelompok, agama, dan para pemimpin lainnya yang bersifat kultural. Mereka harus selalu mengontrol dan menyelesaikan kekerasan yang telah terjadi dalam masyarakat. Peran masyarakat dalam hal ini juga sangat dibutuhkan, karena yang menjalani adalah mereka sendiri. Dan satu lagi yang tak boleh dilupakan adalah bagaimana peran media massa dalam  membangun opini publik. Karena itulah yang akan megembalikan pandangan bahwa Indonesia memang negeri ramah dan toleran.

Sumber: Koran Sindo, 10 April 2013 

About Unknown

Penulis lepas, Direktur Eksekutif Monash Institute Semarang
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply