Select Menu

Disciples Menulis

Opini

Artikel Tamu

Inspirasi

Perspektif

Nasihat

» » Pendidik yang Mencerdaskan

Pendidik yang Mencerdaskan
Oleh: Luluk Munawaroh*

“Gawat Darurat”, itulah ungkapan Kemendikbud (kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) menyoal kondisi pendidikan Indonesia. Anis mengatakan demikian karena mengacu  pada hasil survei PISA (Programme for International Study Assessment), yang menyatakan bahwa Indonesia berada pada urutan ke 64 dari 65 negara. Realitas ini menunjukkan, bahwa pendidikan Indonesia masih jalan di tempat.
Ironis memang, Indonesia memiliki aset bangsa (SDM) yang melimpah, namun tidak mampu mengawal dengan baik. Hingga akhirnya, output yang dihasilkan tidak sepenuhnya mampu menyelesaikan persoalan bangsa. Oleh sebab itu, untuk meraih kesuksesan di kemudian hari, maka pendidikan harus segera “move on”. Begitupun, strategi jitu harus secepatnya digerakkan. Sebab sudah menjadi hukum kausalitas, jika semakin tinggi kualitas pendidikan, maka semakin mudah pula menuai kemakmuran.
Dan persoalan terpenting yang harus diperhatikan dalam dunia pendidikan adalah kualitas seorang pendidik. Karena pendidik menjadi aktor utama dalam setiap langkah pendidikan bangsa. Begitupun, secara tidak langsung para peserta didik juga telah menggantungkan nasibnya pada pendidik yang telah membimbingnya. Sehingga, pendidik merupakan sosok yang selalu menjadi panutan, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
 Antara Kini dan Dahulu
Kini, banyak yang mempertanyakan bagaimana sebenarnya kedudukan seorang pendidik dalam dunia pendidikan. Apakah ia masih dianggap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, atau sebaliknya? Realita dunia pendidikan sekarang inilah yang menjadi jawaban rill pertanyaan tersebut.  Masih banyak pendidik yang keliru dalam memahami orientasi mendidik. Perlu diingat bahwa bagi seorang pendidik mengajar adalah panggilan hati, bukan panggilan gaji. Jadi, ketulusan hati dalam mengajar menjadi tolok ukur utama untuk menunjukkan pengabdian seorang pahlawan tanpa tanda jasa.
Selain itu, realita yang sangat mencengangkan adalah ketika kaum akademisi terlibat dalam kasus yang dilakukan orang kebanyakan.  Korupsi, penyakit ini mulai menggerogoti dunia akademisi. Berbagai kasus sudah mulai menjerat kaum intelektual, tidak terkecuali para pendidik. Misalnya, kasus korupsi yang baru saja menjerat salah satu dosen Fakultas Tehnik Universitas Diponegoro Semarang, Joko Siswanto. Dia terlibat dalam kasus korupsi sarana dan prasarana Gelanggang Olahraga Kridanggo, Kota Salatiga. Yang pada akhirnya dituntut pidana selama 1,6 tahun dan denda sebesar 50 juta.
 Akibatnya, output yang dihasilkan pendidik yang demikian akan sangat mengecewakan. Nyatanya, bibit-bibit generasi penerus mulai terlihat amburadul. Dalam kasus narkoba misalnya, mereka menjadi pelaku mayoritas. Barang haram ini telah berhasil menggoda nafsu anak-anak bangsa. Belum  lagi aksi tawuran yang kini menjadi tradisi para pelajar Indonesia. Semua ini menunjukkan hasil ‘produk gagal’ dari para pendidik yang mengajar tanpa ada pangilan hati.
Keadaan tersebut berbeda jauh dengan gambaran pendidikan tempo dulu. Ketika itu, para pendidik benar-benar tulus mengabdikan diri dalam proses mencerdaskan kehidupan bangsa. Mereka mencurahkan seluruh ilmu yang ia miliki tanpa mengharapkan imbalan. Pahlawan tanpa tanda jasa benar-benar menjadi semboyan dalam hidup mereka. Sehingga, tidak heran jika mereka mengasilkan tokoh-tokoh hebat pada masanya.
Jika demikian, sudah seharusnya pendidik memiliki kemampuan yang mumpuni dalam mengabdikan diri di dunia pendidikan. Kualitas seorang pendidik yang mumpuni akan melahirkan peserta didik yang berkualitas pula. Berbeda ketika pendidik  tidak menguasai perannya sebagai pelopor pendidikan, maka anak didiknya pun akan kesulitan dalam mengembangkan kemampuannya.
Langkah Stategis
Nasib pendidikan di Indonesia semakin memprihatinkan. Bangsa ini harus segera bertindak agar nasib pendidikan bisa terselamatkan. Sebagaimana ungkapan Anis Baswedan selaku Kemendikbud yang mengatakan bahwa langkah pertama yang harus dilakukan dalam membenahi pendidikan adalah memperbaiki kualitas pendidik. maka, sudah selayaknya jika langkah itu direalisasikan. Sebab, pendidik adalah pilar utama dalam instansi pendidikan.
Maka itu, perkara yang wajib dipenuhi seorang pendidik adalah selesai dengan diri sendiri, agar kiprahnya sebagai pelopor dalam pendidikan dapat berjalan dengan sukses. Ciri-cirinya harus memenuhi beberapa klasifikasi. Pertama, selesai dalam jenjang pendidikan. Karena diakui atau tidak jejak rekam pendidikan seseorang menjadi salah satu tolok ukur dalam menilai kualitas seseorang. Sehingga, sebagai seorang pendidik juga harus selesai dalam jenjang ini.
Ke-dua, menjadi pendidik yang berdikari. Hal ini menjadi sangat penting, menyangkut ketuntasan finansial seorang pendidik. Harapannya, ketika pendidik sudah mapan dalam urusan ekonomi, ia akan lebih fokus dalam mendidik anak bangsa. Karena orientasi pendidik adalah untuk mencerdaskan, bukan mencari uang. Carilah pintu rizki yang lain sebagai lahan penghasil uang. Harus berpandangan bahwa mendidik bukan merupakan ladang untuk memperkaya diri. Tapi, pendidik justru harus berani mengeluarkan biaya demi mewujudkan cita-cita bangsa.
Selain itu, keprofesionalan dalam mendidik menjadi syarat mutlak bagi seorang pengabdi. Sebab, mengajar itu harus sesuai keahlian, setidaknya harus relevan dengan jejak pendidikan yang ia tempuh. Karena tidak mungkin mengajar sesuatu yang tidak dipahami. Bisa-bisa nanti akan menjerumuskan peserta didiknya. Bukannya mencerdaskan tapi malah membodohkan.
Ke-tiga, dalam bidang sosial. Sebagai sosok yang selalu menjadi panutan, pendidik harus bisa mejaga kewibawaanya. Jangan sampai terlibat dalam kasus-kasus yang menjadikan ia buruk dimata masyarakat. Tidak ada kata korupsi, pecandu narkoba, pelanggaran HAM dan tindakan-tidakan buruk lainnya di mata seorang pendidik. Karena layaknya seorang yang terhormat, pendidik wajib menjadi tauladan dimana pun ia berada. Maka itu, apabila pendidik negeri ini mampu memenuhi kualifikasi-kualifikasi  tersebut, cita-cita bangsa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa akan semakin mudah terwujud. Semoga. Wallahu a’lam bi al-shawab.
 *Pendidik PAUD Islam Mellatena dan TPQ Bina Insani Semarang, Mahasiswi UIN Walisongo Semarang
Dimuat dimuat di Jateng Ekspres, 12 Maret 2015

About Unknown

Penulis lepas, Direktur Eksekutif Monash Institute Semarang
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply