Select Menu

Disciples Menulis

Opini

Artikel Tamu

Inspirasi

Perspektif

Nasihat

» » Debat Kandidat Capres-Cawapres DEMA UIN Walisongo

Euforia mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UIN) Walisongo Semarang dalam menyambut Pemilu Mahasiswa (Pemilwa) 2015 tampak luar biasa. Komisi Pemilihan Mahasiswa (KPM) UIN Walisongo menggelar Debat Kandidat Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) pada Senin (15/12) pukul 10.00 WIB. Acara itu dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor UIN Walisongo Semarang Dr. Darori Amin.

Bertempat di Gedung Audit 2 Kampus III UIN Walisongo Semarang, para kandidat memaparkan visi dan misinya di hadapan para panelis dan mahasiswa. Moderator dalam debat tersebut adalah Ali Maskur, yang juga merupakan mahasiswa aktif UIN Walisongo Semarang. Di awal pembicaraannya, Ali menghimbau kepada kepada para kandidat agar mereka manfaatkan setiap detik waktu yang diberikan. “Ada lima sesi yang harus dimanfaatkan oleh masing-masing kandidat. Dan debat ini akan berlangsung selama 90 menit,” kata Ali Maskur yang dicatat Tribun Jateng.

Pada sesi pertama, masing-masing kandidat menyampaikan visi misi secara bergantian. Pada sesi selanjutnya, para kandidat diberikan tema oleh moderator untuk diperdebatkan, dilanjutkan dengan tanggapan dan pertanyaan dari para panelis. Panelis dalam debat itu adalah Direktur Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Teddy Kholiludin, Sofian Annaser, dan Yayan M Royani.

Capres-cawapres nomor urut satu, Ahmad Lutfi-Dlaul Firdaus menyatakan bahwa DEMA akan meningkatkan pelayanan kepada mahasiswa dengan mendorong seluruh elemen mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan UIN Walisongo Semarang. “UKM-UKM harus kita dorong untuk memajukan universitas kita tercinta. Walisongo TV, radio MBS dan RGM, lembaga pers dan UKM-UKM lain harus lebih berkualitas dalam menjalankan fungsinya,” kata Lutfi, capres dari Partai Pembaharuan Mahasiswa (PPM) dalam penyampaiannya.

Ketika panelis bertanya mengenai rencana akan diubahnya format pemilihan DEMA dan SEMA (Senat Mahasiswa) dari mahasiswa ke perwakilan HMJ, pasangan nomor urut dua, Zainal-Syafi’i menjawab dengan tegas bahwa mereka tidak setuju dengan rencana itu. “Kami tidak sepakat dengan pemilihan hanya diberikan kepada perwakilan HMJ,” kata Zainal, capres dari Partai Mahasiswa Demokat (PMD). Selain itu, Zainal mengatakan bahwa Zainal-Syafi’i akan menjadi bapak yang akan mengayomi semua mahasiswa, termasuk kelompok minoritas.

Sedangkan Ahmad Zamroni dan Aji Sasongko yang merupakan pasangan nomor urut empat bertekad akan membawa UIN Walisongo sebagai universitas nomor sati di Indonesia. Penyataan ini pun diragukan oleh Teddy Kholiludin, salah satu panelis dalam debat itu. “Dalam 100 besar universitas di Indonesia, nama IAIN Walisongo tidak masuk di dalamnya. Lalu bagaimana mungkin anda akan menjadikan IAIN sebagai universitas nomor satu di Indonesia. Jangan mimpi!” kata Teddy.

Zamroni menanggapi pertanyaan itu dengan memberikan contoh prestasi yang dicapai oleh mahasiswa, salah satunya adalah menjuarai lomba pencak silat tingkat internasional. “Itu adalah bukti kalau kita bisa. Kita harus bangga pada universitas kita,” kata Zamroni yang merupakan capres dari Partai Revolusi Mahasiswa Nasionalis (PRMN).

Su’udut Tasdiq, capres nomor urut tiga, menyampaikan bahwa dia akan membentuk kabinet meritokrasi jika nantinya terpilih. “Kita akan menggunakan sistem meritokrasi dalam rekrutmen kabinet nanti. Akan kita serahkan tugas-tugas itu kepada ahli masing-masing. Sebab, kata Nabi, jika perkerjaan diserahkan kepada orang yang tidak pada ahlinya, maka tunggulan kehancurannya”, kata Su’ud dalam orasinya.

Su’ud yang berpasangan dengan Mukhamad Nurul Lazim diusung oleh Partai Kebangkitan Mahasiswa (PKM). Mereka bertekad akan menjadi pelayan mahasiswa UIN Walisongo untuk mewujudkan insan akademis, pencipta, pengabdi yang bertanggung jawab atas NKRI berdaulat.
“Saya berharap, presiden dan wakil presiden kali ini mampu mempromosikan UIN Walisongo dan mampu membawanya menjadi lebih baik,” harap Shobihul Muayyad Musyafa’, mahasiswa jurusan Tafsir Hadits (TH) yang menyaksikan debat itu. Dia juga berharap agar mereka tidak hanya berbicara, tetapi harus ada realisasinya. “Saya pikir, mereka jangan cuma pandai bicara ya,” kata Shobih kepada Tribun Jateng, saat ditemui seusai acara.

Turut hadir beberapa mahasiswa dari Universitas Islam Sultan Agung (Unisulla). Jubirman, di antaranya, menilai debat kandidat itu berlangsung meriah. “Antusias dari mahasiswa lumayan bagus. Cuma sayangnya, mungkin lebih baik jika diadakan di luar gedung, sehingga akan lebih banyak mahasiswa yang bisa menyaksikan,” ungkap mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika Unisulla itu kepada Tribun Jateng.
(Mokhamad Abdul Aziz)
Tribun Jateng, 16 Desember 2014

About Unknown

Penulis lepas, Direktur Eksekutif Monash Institute Semarang
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply